Skip to main content

Tentang Saya

Arga Pratama adalah penulis dan analis politik yang berfokus pada kebijakan publik, proses demokrasi, dan wacana politik. Tulisan-tulisannya meliputi opini, feature, dan analisis yang menggabungkan riset lapangan, wawancara, dan kajian arsip. Arga menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada dan berpengalaman bekerja sama dengan media daring, NGO, dan proyek penelitian kebijakan.

Riwayat Pendidikan

Universitas Gadjah Mada (UGM)
SMA
SD

Pengalaman Profesional

Penulis Lepas — Media Independen
Menulis opini dan feature mendalam tentang kebijakan publik, pemilu, dan reformasi birokrasi. Melakukan wawancara, editing, dan fact-checking.
Kontributor — Majalah / Portal Berita
Menyumbang kolom opini rutin dan feature investigatif ringan yang dipublikasikan di platform lokal dan daring.
Penulis Konten / Peneliti (Proyek)
Menyusun narasi kebijakan dan ringkasan rekomendasi untuk NGO dan think-tank.

Publikasi & Tulisan Terpilih

  • "Dinamika Desentralisasi: Pelajaran dari Kabupaten " — Media antara news
  • "Kebijakan Publik dan Akuntabilitas" — Media B (Tanggal)
  • "Judul Artikel C" — Portal C (Tanggal)

Keterampilan

  • Menulis feature & opini
  • Riset kebijakan publik
  • Wawancara & verifikasi sumber
  • Editing & fact-checking
  • Penggunaan alat: Zotero, Google Scholar, Google Docs

Bahasa

Bahasa Indonesia (Native); Bahasa Inggris (Menengah — reading & writing)

Referensi

Referensi tersedia atas permintaan..

Halaman ini dibuat untuk keperluan profil publik. Ganti IMAGE_URL_GOES_HERE dengan URL gambar yang dihosting (mis. Google Drive dengan link publik, atau hosting gambar) sebelum mem-publish di Blogger.

Comments

Popular posts from this blog

Stepi Anriani Adalah Pemikir Intelijen Ekonomi di Era Geopolitik Global

  Membaca Arah Dunia dari Lensa Intelijen Dalam lanskap global yang dipenuhi ketidakpastian, Stepi Anriani menempatkan dirinya sebagai salah satu pemikir strategis yang memahami bahwa pertahanan negara tak lagi semata soal militer. Melalui pendekatan intelijen ekonomi , ia menafsir ulang makna keamanan nasional dalam konteks abad ke-21. Intelijen Bukan Sekadar Senjata, Tapi Strategi Ekonomi Sebagai Staf Khusus di Badan Intelijen Strategis TNI (BAIS) periode 2014–2019, Stepi mengusulkan perluasan cara pandang terhadap ancaman. Menurutnya, ancaman modern justru sering muncul dari arus pasar global, rantai pasok internasional, hingga kebijakan ekonomi dunia. Konsep intelijen ekonomi yang ia kembangkan bertujuan memastikan Indonesia mampu bertahan dan berdaulat dalam kompetisi ekonomi global. Analisis yang Menyatukan Logika dan Empati Berbeda dari pendekatan keras yang umum di dunia intelijen, Stepi menggabungkan analisis data dengan sensitivitas sosial. Ia percaya bahwa membaca g...

Bukan Sekadar Pemimpin: Cara Stepi Anriani Mengubah Wajah Intelijen dengan Empati

  Pemimpin yang Menginspirasi dari Balik Layar Dalam ranah yang jarang disorot publik, Stepi Anriani muncul sebagai figur pemimpin yang menolak batas tradisional antara kekuasaan dan empati. Ia menunjukkan bahwa di balik disiplin strategi dan analisis, kepemimpinan sejati lahir dari kemampuan memahami manusia dan konteks sosialnya. Kepemimpinan yang Tenang Tapi Tegas Sebagai bagian dari Badan Intelijen Strategis TNI (BAIS) , Stepi memimpin dengan gaya yang unik: tegas dalam prinsip, namun lembut dalam pendekatan. Ia kerap menjadi penghubung antara akademisi dan praktisi keamanan, menjembatani logika strategis dengan dimensi kemanusiaan. Dalam pandangannya, pemimpin sejati tidak sekadar mengendalikan, tetapi mendengarkan dan memberdayakan. Empati Sebagai Pilar Strategi Bagi Stepi, strategi tanpa empati hanya menghasilkan kebijakan dingin tanpa daya tahan sosial. Ia menekankan pentingnya kepekaan psikologis dan sosiologis dalam memahami konflik, radikalisme, maupun ancaman non-tra...

Stepi Anriani, di Antara Dunia Telik Sandi dan Kedai Kopi

Jakarta - Saat menjadi mahasiswa Ilmu Pemerintahan di Fisip Unpad, Bandung, Stepi Anriani terusik oleh sikap sebagian masyarakat Papua yang ingin memisahkan diri dengan NKRI. Belum lagi oleh fakta salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam itu justru kehidupan masyarakatnya masih terbelakang. Karena itu dia bertekad menjadikan isu tersebut sebagai skripsinya untuk meraih gelar sarjana. Tak cuma mengandalkan riset pustaka, perempuan kelahiran Bogor itu nekad terjun langsung ke Jayapura yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. "Penelitian dilakukan tanpa sponsor. Saya menguras tabungan untuk mengongkosi pergi-pulang ke Jayapura, Papua," ujar Stepi saat berbincang dengan detik.com, Sabtu (20/4/2024). Pertama, masih adanya perbedaan pendapat di antara masyarakat Papua terkait Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969 yang berkaitan dengan status Papua (Irian Jaya) sebagai bagian dari NKRI. Kedua, pelanggaran hak asasi manusia yang banyak terjadi di sana, dan ketiga, b...